Senin, 25 November 2013

Bakteri Pembawa Muslim



Allah memberi hidayah kepada manusia melalui berbagai cara, salah satunya adalah dengan bakteri. Ya…, bakteri. Gara-gara makhluk kecil ini seorang tokoh orientalis menjadi seorang muslim.

Alkisah, di lereng bukit terlihat yang bersinar temaram. Bayangan sinar bertabir kelambu membentuk sebuah gambar manusia yang sedang tekun membaca buku di bale-bale rumah itu. Tokoh orientalis itu sedang membaca sebuah hadits.

 Jika seekor anjing menjilat perkakas rumah salah seorang di antara kalian, maka cucilah alat (tempat) itu tujuh kali, satu kali diantaranya yang tujuh dicampur dengan tanah.

Sejenak ia berdiam menatap tajam hadits tersebut. Ia menghayati makna hadits yang menyentuh relung kalbu, menusuk sukma. Pikirannya menerawang memahami perintah mencuci tujuh kali. Sebuah renungan yang mengguncang jiwa.

“Perintah mencuci najis yang terkena jilatan anjing, memang harus dilakukan dan merupakan kewajiban. Namun mengapa Nabi menyuruh membasuh tepat itu satu kali dengan tanah. Tidakkah memakai air saja sudah cukup?”




Pertanyaan itu semakin menggoda, mengusik pikirannya yang pandai. Ia segera berinisiatif melakukan eksperimen mengambil sebuah perkakas rumah dan membiarkan anjing menjilatinya, lalu mencucinya dengan air tujuh kali.

Wadah itu ditenteng menuju sebuah mikroskop yang terletak di atas meja kayu. Di bawah bayang-bayang mikroskop terlihat gerakan-gerakan liar menjamur pertanda ada kehidupan. Berjuta-juta bakteri melekat di tempat itu.

“Berarti mencuci dengan air tidaklah cukup untuk menghilangkan bakteri anjing yang melekat di tempat itu,” kata si orientalis.

Ia mengulangi mencuci tempat itu dengan debu. Setelah diteliti, ternyata bakteri itu hilang seluruhnya!

“Aneh! bakteribakteri itu hilang!”

Sebagai orang yang tidak mudah percaya, dalam benaknya timbul beberapa pertanyaan mendasar yang harus ditemukan jawabannya.

“Siapa yang memberitahukan hal ini kepada Muhammad? Padahal penemuan rahasia bakteri terjadi pada tahun 1822 – 1895 oleh Luis Pasteur. Bukankah jauh sekli antara jarak Muhammad dengan Pasteur? Berarti penemuan Pasteur hanyalah mengulang penemuan lama, di mana Muhammad telah mengetahui bahwa bakteri atau kuman penyakit itu ada pada anjing dan dapat dihilangkan hanya dengan menggunakan debu dan dibasuh dengan air enam kali. Siapa yang memberitahukan hakikat ilmiah ini kepada Muhammad?”

Sejuta pertanyaan menggelayut di kepalanya gara-gara keilmiahan hadits tersebut. Akhirnya, orientalis tersebut itu masuk Islam. Allahu akbar…

Semoga Allah selalu memberikan hidayah-Nya kepada kita, Aamiin...

Sumber :  Buku Abu Nawas Menjadi Tabib; Kisah Teladan Buat Anakku
               Karya Miftahul Asror (Mitra Pustaka 2004)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar