Allah memberi hidayah kepada manusia melalui berbagai
cara, salah satunya adalah dengan bakteri. Ya…, bakteri. Gara-gara makhluk
kecil ini seorang tokoh orientalis menjadi seorang muslim.
Alkisah, di lereng bukit terlihat yang bersinar
temaram. Bayangan sinar bertabir kelambu membentuk sebuah gambar manusia yang
sedang tekun membaca buku di bale-bale rumah itu. Tokoh orientalis itu sedang
membaca sebuah hadits.
“Jika seekor anjing menjilat perkakas rumah
salah seorang di antara kalian, maka cucilah alat (tempat) itu tujuh kali, satu
kali diantaranya yang tujuh dicampur dengan tanah.”
Sejenak ia berdiam menatap tajam hadits tersebut. Ia
menghayati makna hadits yang menyentuh relung kalbu, menusuk sukma. Pikirannya
menerawang memahami perintah mencuci tujuh kali. Sebuah renungan yang
mengguncang jiwa.
“Perintah mencuci najis yang terkena jilatan anjing,
memang harus dilakukan dan merupakan kewajiban. Namun mengapa Nabi menyuruh
membasuh tepat itu satu kali dengan tanah. Tidakkah memakai air saja sudah
cukup?”
Pertanyaan itu semakin menggoda, mengusik pikirannya
yang pandai. Ia segera berinisiatif melakukan eksperimen mengambil sebuah
perkakas rumah dan membiarkan anjing menjilatinya, lalu mencucinya dengan air
tujuh kali.
Wadah itu ditenteng menuju sebuah mikroskop yang
terletak di atas meja kayu. Di bawah bayang-bayang mikroskop terlihat
gerakan-gerakan liar menjamur pertanda ada kehidupan. Berjuta-juta bakteri
melekat di tempat itu.
“Berarti mencuci dengan air tidaklah cukup untuk
menghilangkan bakteri anjing yang melekat di tempat itu,” kata si orientalis.
Ia mengulangi mencuci tempat itu dengan debu. Setelah
diteliti, ternyata bakteri itu hilang seluruhnya!
“Aneh! bakteribakteri itu hilang!”
Sebagai orang yang tidak mudah percaya, dalam benaknya
timbul beberapa pertanyaan mendasar yang harus ditemukan jawabannya.
“Siapa yang memberitahukan hal ini kepada Muhammad?
Padahal penemuan rahasia bakteri terjadi pada tahun 1822 – 1895 oleh Luis Pasteur.
Bukankah jauh sekli antara jarak Muhammad dengan Pasteur? Berarti penemuan
Pasteur hanyalah mengulang penemuan lama, di mana Muhammad telah mengetahui
bahwa bakteri atau kuman penyakit itu ada pada anjing dan dapat dihilangkan
hanya dengan menggunakan debu dan dibasuh dengan air enam kali. Siapa yang
memberitahukan hakikat ilmiah ini kepada Muhammad?”
Sejuta pertanyaan menggelayut di kepalanya gara-gara
keilmiahan hadits tersebut. Akhirnya, orientalis tersebut itu masuk Islam.
Allahu akbar…
Semoga Allah selalu memberikan hidayah-Nya kepada
kita, Aamiin...
Sumber : Buku
Abu Nawas Menjadi Tabib; Kisah Teladan Buat Anakku
Karya
Miftahul Asror (Mitra Pustaka 2004)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar