Dua orang sahabat Imam dan Amin bertemu di sebuah
rumah makan setelah dua puluh tahun tidak berjumpa. Setelah kangen-kangenan dan ngobrol cukup
lama, Imam mengajak sahabatnya untuk sholat.
Tetapi Amin menolak, “Maaf kawan, sudah dua puluh
tahun, aku tidak pernah lagi sholat.”
“Apa? Mengapa? Dulu, sewaktu kita masih kecil,
engkaulah yang paling rajin mengaji dan sholat.”, Imam terkejut.
“Bahkan, aku pun tidak pernah lagi menyebut nama
Allah.”, tambah si Amin.
“Dulu, ketika kita masih miskin, kau begitu rajin
beribadah, tetapi mengapa sekarang setelah hidupmu mapan justru kau melupakan
Allah? Baiklah, maukah kau kubantu untuk menyebut nama-Nya?”, kata Imam.
Amin menjawab, “Tentu saja, kawan…”
“Masya Allah,
sakit sekali.”, ucap Amin sambil mengelus perutnya.
“Nah, aku sudah membantumu menyebut nama Allah kan?,
sambut Imam dengan sedikit tersenyum.
Amin pun hanya bisa mengangguk, dengan sedikit
meringis menahan perutnya yang sakit.
*****
Sahabat, ketika kita sehat kita sering melupakan
Allah. Tetapi, segera setelah kita sakit datang menyiksa, kita berteriak, “Ya
Allah! Ya Allah!”
Jadi, disinilah hikmah dari kesakitan, kegagalan,
kesempitan dan duka cita. Mereka ini hadir bukan demi merusak manusia, tetapi
justru sebaliknya untuk menumbuhsuburkan keimanan, meneguhkan hati, dan bahkan
menyehatkan badan.
Hanya kepada Allah-lah kita bersyukur, memohon,
berlindung serta hanya kepada Allah kita akan kembali…
Sumber : Buku Kaya Tapi Miskin, Penulis Mustamir
(DIVA-press)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar