Anak Umar bin Khattab merengek kepada ayahnya agar
dibelikan baju sekolah yang baru. Umar sadar, baju sekolah anaknya kumal dan
tidak sepadan dengan anak tetangganya. Karena itu ia merencanakan hutang uang
negara dan akan mencicilnya. Namun rencana itu akhirnya dibatalkan ketika
bendahara mengingatkan tentang maut.
Sepulang sekolah, putra Khalifah Umar bin Khattab
menangis tersedu-sedu. Dia bercerita bahwa teman-temannya selalu mengolok-olok
karena bajunya paling kumal di sekolah.
Sebagai seorang ayah, Umar memahami kesedihan anaknya
itu. Tetapi dia tidak berdaya, karena gajinya sebagai Amirul Mukminin hanya
bisa mencukupi kebutuhan paling primer.
Setelah berpikir lama, Umar menulis surat kepada bendahara
negara (Menteri Keuangan). Dia mengajukan pinjaman hutang empat dirham dengan
potongan gaji sebagai jaminan.
Tak lama kemudian suratnya dibalas. Isinya kira-kira seperti
ini:
“Saya selaku pejabat negara dapat meluluskan pinjaman
anda sebesar empat dirham dengan memotong gaji anda bulan depan sebagai
jaminannya. Namun sebelumnya, tolong anda jawab terlebih dahulu pertanyaan
berikut dengan jujur: apakah anda dapat memastikan hidup anda sampai bulan
depan?’
Setelah membaca surat dari bawahannya itu, Umar
menggigil, matanya berkunang-kunang. Ia tersungkur dan bersujud seraya
mengucapkan istighfar, memohon ampun kepada Allah.
Umar kemudian menulis surat kembali kepada bendahara
negara. Dia berterima kasih karena telah diingatkan serta membatalkan niatnya
untuk berhutang.
Sesudah menulis surat resmi itu, ia memanggil putranya
dan berkata: “Wahai anakku, ayahmu tidak dapat memperhitungkan umurku walaupun
hanya satu jam kedepan. Ayahmu juga tidak ingin mewariskan hutang kepadamu.
Sudah terlalu banyak hal yang harus ayah pertanggungjawabkan kepada Allah di
akhirat nanti. Karena itu, ayahmu membatalkan niat meminjam uang untuk membeli
baju barumu. Jadi besok berangkatlah kamu ke sekolah dengan menggunakan baju
yang biasa.”
Kemudian sebelum pergi, Umar masih memberi wejangan
kepada putranya dengan menyitir sabda Rasulullah: “Jauhilah hutang, karena
hutang itu membuat kamu gundah di malam hari dan terhina di siang hari.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar