Senin, 16 Desember 2013

Mencari Allah




Alkisah, di negeri Mongolia, ada seorang raja yang dicintai. ia bersikap adil dan kasih sayang kepada rakyatnya. Ia tidak mempunyai keturunan sebagai pelanjut tampuk kekuasaannya. Namun demikian, baginya itu bukan soal yang harus disesali, sebab cinta kepada rakyatnya telah melebihi cintanya kepad keluarga.

Pada suatu hari, ia tergoda oleh bujuk rayu syetan agar tidak begitu saja menyembah Allah sebelum melihat-Nya. Raja itu kemudian memerintah bawahannya agar berusaha memperlihatkan Allah kepadanya dengan memberi kesempatan waktu tiga hari.

Tiga hari kemudian, para pemikir dan pembesar kerajaan berkumpul di pendopo kerajaan. Mereka sudah bersiap untuk mati, karena tidak bisa menghadirkan Allah di hadapan Raja.

Tiba-tiba seorang rakyat kecil mengangkat tangan dan bicara: “Wahai yang mulia Tuan Raja, jika berkenan, hamba sanggup memperlihatkan Allah kepada Tuan Raja.”

“Ya, katakan apa kemampuanmu!”, perintah raja.
 Rakyat jelata itu memohon kepada Raja untuk mengangkat mukanya melihat Allah. Ia mengatakan bahwa Allah ada di matahari.

“Jika Tuan Raja ingin melihat Allah, maka hamba mohon Tuan melihat ke matahari!”, pinta rakyat kecil itu.

Spontan, saat itu  juga Raja  mengangkat mukanya menghadap matahari. tetapi tiba-tiba ia menutup mata dengan kedua tangannya.

“Tuan Raja yang mulia, jika Tuan tidak dapat menatap matahari, padahal ia makhluk-Nya yang bukan paling besar, lalu nagaimana Tuan dapat melihat Allah dengan kedua mata Tuan yang lemah itu.”

Orang-orang yang hadir di pendopo kerajaan itu pun bertepuk tangan dan bersorak sorai dengan riuh. Raja hanya tertunduk karena merasa kalah dan dipermalukan di depan rakyatnya.

***

Rasulullah SAW bersabda yang artinya, "Berfikirlah tentang nikmat-nikmat Allah, dan jangan sekali-kali engkau berfikir tentang Dzat Allah." (HR. Hasandan  Syaikh al-Albani)

Sumber : Buku Abu Nawas Menjadi Tabib, Penulis Miftahul Asror,
              Mitra Pustaka (2004)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar