Tepat pukul 10 di pagi yang cerah sebuah pesawat
terbang komersil tinggal landas. Pesawat berukuran kecil tersebut hanya
melayani penerbangan lokal di daerah. Di dalamnya terdapat tujuh orang yaitu
pilot dan asistennya co-pilot. Seorang pejabat pemerintahan, seorang pengusaha
kaya, seorang mahasiswa yang baru pulang kampung saat libur semester. Penumpang
lainnya adalah seorang kakek beserta cucunya yang kini sekolah di tingkat SMK.
Di tengah perjalanan, saat berada di atas kawasan
perbukitan tiba-tiba cuaca berubah menjadi tidak bersahabat. Hujan deras
disertai angin kencang dan petir yang terus menyambar sehingga membuat pesawat
tidak stabil.
Pilot di bantu co-pilot berusaha dengan seluruh kemampuan
untuk mengendalikan pesawat, hingga petir menyambar bagian ekor pesawat dan
menyebabkan salah satu dari dua mesin pesawat
mati. Pilot segera menghubungi menara pengawas dan melaporkan kondisi pesawat.
“Mayday…mayday!”, kata sang pilot mengabarkan bahwa
pesawat akan jatuh. Penumpang pun panik, sebagian berteriak minta tolong.
Beberapa diam sambil berdoa akan keselamatannya.
Tak lama kemudian, pintu ruang kopkit terbuka dan
keluarlah pilot beserta rekannya co-pilot. Mereka melaporkan keadaan pesawat
kepada penumpang.
“Saudara-saudara penumpang yang terhormat, sebuah
petir telah menyambar bagian ekor pesawat dan menyebabkan salah satu mesin
peswat mati. Hal itu membuat pesawat tidak stabil dan akan jatuh. Namun kita
bisa menyelamatkan diri dengan parasut yang ada di pesawat. Sayangnya hanya ada
enam parasut. Saya dan rekan saya sudah mengambil dua. Mohon maaf atas gangguan
ini.”.
Sesaat kemudian pilot membuka pintu pesawat dan terjun
menyelamatkan diri bersama co-pilot asistennya. Parasut tersisa hanya ada empat
buah, sedang penumpang dalam pesawat masih lima orang.
Dengan cepat sang pejabat mengambil satu parsut dan
mengenakannya. “Saudara-saudara, seperti Anda tahu, saya adalah pejabat penting
di daerah saya. Posisi saya menyangkut nasib orang banyak. Jadi saya harus
selamat.”. Ia pun segera melompat dari pesawat.
Tak mau ketinggalan, seorang pengusaha kaya juga
segera mengambil tas berisi parasut melompat menyelamatkan diri. Sebelum
melompat ia menjelaskan bahwa nasib perusahaan yang dipimpinnya ada di
tangannya. Jika ia tidak selamat, maka perusahaan bisa bangkrut.
Kini di pesawat masih ada sang mahasiswa dan seorang
kakek beserta cucunya. Sedangkan parasut tersisa hanya dua buah. Sang kakek
menatap cucu dan mahasiswa itu, kemudian berkata, “Kakek sudah tua, sedangkan
kalian masih muda. Masa depan kalian masih panjang, maka gunakanlah sisa
parasut itu untuk menyelamatkan diri kalian!”
“Tapi Kek…”, kata sang cucu.
“Tenang, kita semua bisa selamat.”, mahasiswa itu
memotong perkataan sang cucu sambil tersenyum.
Ia menambahkan, “Tas yang diambil pimpinan perusahaan
tadi adalah tas saya yang berisi pakaian-pakaian saya.”
Mereka pun terjun dengan menggunakan parasut
masing-masing dan mendarat dengan selamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar